Asma Binti Umais - Kisah Sahabat Nabi Insiratif

Daftar Isi [Tampil]

Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh...

Sobat pengharap ridho-Nya, apa kabar kalian?

Kembali lagi di website kita tercinta absolvieren.com.

Yuk sob kita kepoin salah satu shahabiyah yang mulia, semoga bisa kita contoh kebaikan-kebaikannya terutama untuk kalian para sobatwati, [jempol].

Nama dan nasabnya ialah Asma binti Umais bin Ma’d radhiallahu ‘anha. Nasabnya berakhir pada nama Khats’am Al-Khats’amiyah. Ibundanya adalah Hind, yakni Khaulah binti Auf bin Zuhair bin Al-Harits.

Asma Binti Umais - Kisah Sahabat Nabi Insiratif

Asma binti Umais telah menikah dengan Ja’far bin Abu Thalib. Setelah ia memeluk Islam, keduanya pun hijrah ke negeri Habasyah.

Di sanalah putra-putra mereka yang bernama Abdullah, Aun, dan Muhammad lahir. Namun setelah Ja’far syahid di Perang Mu’tah, Abu Bakar pun meminang Asma.

Dari pernikahannya, lahir seorang anak yang bernama Muhammad. Lalu sepeninggal Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib pun meminangnya. Maka lahirlah anak-anak yang bernama Yahya dan Aun.

Di dalam satu riwayat telah disebutkan bahwa namanya Muhammad. Karena itu beliau berlaqob (julukan) Ummu Muhammadain, ibu dari 2 Muhammad.

Asma memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah pembantu dari putri Rasulullah, yaitu Fatimah.

Dan ia juga saudara yang beda ayah dari istri Rasulullah, yaitu Maimunah binti al-Harits. Dan tentu saja ia adalah istri dari dua orang sepupu Rasulullah, yaitu Ja’far bin Abu Thalib kemudian adiknya, Ali bin Abu Thalib radhiallaahu ‘anhum.

Memeluk Islam

Asma binti Umais ialah salah seorang wanita pertama yang memeluk Islam. Ia pun telah mengikrarkan syahadatnya, bahkan sebelum Rasulullah berdakwah di Darul Arqom.

Ia membaiat Rasulullah. Ia pun turut berhijrah ke negeri Habasyah dan ke Madinah. Pendidikan Rasulullah saat itu agar tidak berdusta walaupun ringan.

Asma binti Umais berkata : “Aku adalah orang yang telah mendandani Aisyah dan menyerahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saat itu ada beberapa perempuan yang hadir. Kami tidak melihat di sisi Beliau ada jamuan apapun, kecuali hanya satu teko yang berisi susu.

Beliau pun mengambilnya dan minum darinya. Kemudian beliau menyuguhkannya kepada Aisyah, tapi Aisyah malu-malu. Aku berkata kepada Aisyah : “Jangan engkau tolak uluran tangan Rasulullah.”

Aisyah pun mengambilnya lalu meminumnya. Beliau berkata kepadaku : “Berilah susu ini untuk teman-temanmu.”

Asma berkata : “Kami tidak ingin itu.” Maka Nabi pun menanggapi : “Janganlah kalian menggabungkan dusta dengan rasa lapar.” Asma berkata lagi : “Jika seorang dari kami mengatakan sesuatu yang ia inginkan, tapi malah yang diucapkan tidak ingin, apakah itu termasuk dusta”? Nabi pun menjawab : “Sesungguhnya satu dusta tercatat sebagai dusta, bahkan dusta ringan, pun akan tercatat sebagai dusta ringan.”


Profil singkat Asma binti Umais

Tentu ia adalah seorang wanita yang cerdas.

Dan dari Ummu Ja’far, Fatimah berkata pada Asma binti Umais : “Aku merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan terhadap jenazah wanita. Mereka pun dibalut dengan suatu kain saja, lalu kain itu membentuk lekuk-lekuk tubuhnya.”

Asma menanggapi : “Wahai putri Rasulullah, maukah engkau kutunjukkan apa yang kulihat saat di negeri Habasyah”? Ia pun minta diambilkan pelepah kurma yang masih basah. Lalu kutempelkan padanya. Setelah itu baru ia ditempeli kafan.

Fatimah mengatakan : “Idemu sangat bagus. Jikalau kelak aku meninggal, engkau yang akan memandikan aku. Dan jangan engkau izinkan seorang pun masuk.”

Bersama Rasulullah

Dan dari Ibnu Abbas, ia telah berkata : “Suatu saat, ketika Rasulullah sedang duduk, Asma binti Umais berada di dekat beliau. Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sungguh Ja’far sedang bersama Jibril dan Mikail.

Ia berkata padaku bahwasanya Ja’far sedang berhadapan dengan kaum musyrikin hari ini dan ini. Jibril pun menitipkan salam untukmu. Asma pun menjawab salamnya.

Ja’far (dan pasukan Perang Mu’tah) kini berjumpa dengan kaum musyrikin. Ia syahid dengan luka dengan luka di bagian depan badannya sebanyak 73 luka. Ia raih panji perang dengan tangan kanannya, lalu tangannya ditebas.

Lalu ia raih dengan tangan kirinya, tangan kirinya pun putus ditebas. Maka Allah ganti kedua tangannya dengan dua sayap yang ia gunakan untuk terbang bersama Jibril dan Mikail di surga. Serta memakan buah-buahannya di sana.”

Asma bercerita : “Rasulullah menemuiku. Lalu beliau panggil anak-anak Ja’far. Beliau ciumi anak-anak itu dan kulihat air mata beliau menetes.” Aku pun bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah ada kabar tentang Ja’far kepadamu?” Beliau menjawab : “Iya. Dia terbunuh hari ini (di Perang Mu’tah)”. Kami pun menangis. Beliau pulang lalu berkata : “Buatkan makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka tersibukkan (dengan kabar yang sampai pada mereka)”.”

Dalam kesempatan yang lain, Asma telah menceritakan bagaimana kedekatannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata : “Aku menunaikan haji bersama Rasulullah. Saat kami berjalan, datanglah Jibril.

Lalu unta Rasulullah tunduk menderum, tak mampu menopang beban beliau yang sedang menerima wahyu Al-Qur’an. Lalu kudekati beliau. Kuberikan padanya kain burdah milikku.”

Diriwayatkan pula kalau Asma binti Umais telah datang dari negeri Habasyah bersama suaminya, Ja’far bin Abu Thalib.

Lalu kutemui istri-istri Nabi dan berkata : “Apakah ada ayat Al-Qur’an yang turun tentang kita (kaum wanita)?” Mereka mengatakan : “Tidak.”

Kemudian kutemui Nabi dan aku pun bertanya : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum perempuan berada dalam keadaan kerugian.”

Beliau merespon : “Mengapa bisa begitu”? Kujawab : “Karena mereka tidak disebut dalam kebaikan sebagaimana disebutnya kaum laki-laki.”

Lalu Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya :


إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Quran Al-Ahzab: 35].

Dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Bebrapa laki-laki dari Bani Hasyim (keluarga Nabi) datang untuk menemui Asma binti Umais. Lalu Abu Bakar pun datang juga. Saat itu Asma sudah menjadi istrinya.

Abu Bakar melihat kehadiran laki-laki bersama istrinya, ia pun merasa tidak nyaman dengan hal ini. Lalu Abu Bakar menyampaikan perasaannya itu kepada Rasulullah.

Rasulullah pun berkomentar : “Menurutku (sikap) itu bagus.” Namun Beliau juga membersihkan Asma dari sangkaan buruk. Beliau bersabda : “Sungguh Allah telah melepaskan ia dari hal tersebut.”

Kemudian Rasulullah pun naik ke mimbar dan berkata :

” لا يخلون رجل بعد يومي هذا على مغيبة إلا ومعه رجل أو إثنان”

“Sejak hari ini, janganlah seorang pria bertemu dengan seorang wanita yang tidak ada seorang pun bersamanya (suami atau mahramnya). Kecuali ia bersama satu atau dua orang pria lain.” [HR. Muslim : 4/1711].

Dengan Ali bin Abu Thalib

Asy-Sya’bi mengatakan : “(Sepeninggal Abu Bakar) Ali bin Abu Thalib menikahi Asma binti Umais. Dua orang putra Asma, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar, mereka saling membanggakan ayahnya.

Salah satu dari mereka berkata pada yang lain : “Ayahku lebih mulia dari ayahmu”. Kemudian Ali meminta ibunya mendamaikan : “Asma, tolong tengahi keduanya”.

Asma berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang pemuda pun yang lebih baik dari Ja’far dan seorang paruh baya yang lebih mulia dari Abu Bakar”.

Lalu Ali mengomentari : “Tidak kau sisakan bagian untukku. Seandainya saja tadi kau katakan selain ini, tentu aku akan marah”. Asma menanggapi : “Demi Allah, engkau yang ketiga dan yang paling bahagia”.”

Inilah kecerdasan komunikasi dari Asma binti Umais. Ia mampu menengahi kedua anaknya sekaligus mendapatkan hati suaminya.

Dengan Umar bin al-Khattab

Dan dari Asy-Sya’bi, Umar berkata : “Wahai wanita Habasyah (Asma binti Umais), kami telah lebih dulu hijrah dari kalian.” Asma merespon ucapan Umar dengan mengatakan : “Engkau memang benar. “Kalian tinggal bersama Rasulullah. Orang-orang yang lapar di antara kalian bisa mendapatkan makanan. Dan orang-orang yang tidak tahu bisa mendapatkan pengajaran,” kata Asma.

Ia pun melanjutkan kata-kaanya : ”Sedangkan kami berada di negeri nan jauh dan siapapun terasa berat untuk ke sana, negeri Habasyah. Kami melakukannya karena Allah dan Rasul-Nya.

Demi Allah, akan kusampaikan kepada Rasulullah apa yang telah kau katakan.” Lalu Rasulullah berkata kepada orang-orang yang memuji sahabat yang telah hijrah terlebih dahulu ke negeri Habasyah sebelum Madinah, “Kalian berhijrah 1 kali. Sementara mereka berhijrah 2 kali.”

Hadits-Hadits yang diriwayatkan oleh Asma binti Umais

Di antara beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Asma binti Umais ialah :

Pertama :

عن أسماء بنت عميس قالت: قلت: يا رسول الله إن فاطمة بنت أبي حبيش استحيضت منذ كذا وكذا فلم تصل فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: سبحان الله هذا من الشيطان لِتَجْلِسْ فِي مِرْكَنٍ, فَإِذَا رَأَتْ صُفْرَةً فَوْقَ اَلْمَاءِ, فَلْتَغْتَسِلْ لِلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ غُسْلاً وَاحِدًا, وَتَغْتَسِلْ لِلْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ غُسْلاً وَاحِدًا, وَتَغْتَسِلْ لِلْفَجْرِ غُسْلاً, وَتَتَوَضَّأْ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ

Asma binti Umais berkata : “Sungguh Fatimah binti Abu Hubaisy telah mengalami istihadhah sejak hari itu hingga itu.” Rasulullah pun berkata : “Subhanallah, itu adalah dari setan. Hendaklah ia duduk dalam suatu bejana air. Jika ia melihat warna kuning di atas permukaan air (itu berarti darah istihadhah), dan hendaknya ia mandi sekali saat hendak shalat dzuhur dan Ashar, mandi lagi saat hendak shalat maghrib dan isya, dan mandi sekali lagi saat hendak shalat shubuh, dan berwudhu lah di antara waktu-waktu tersebut.” [HR. Abu Daud, no. 296.].

Kedua :

عن أسْماءَ بنتِ عُمَيسٍ، أنَّها ولَدَتْ محمَّدَ بنَ أبي بكْرٍ بالبَيْداءِ، فذكَرَ ذلك أبو بكْرٍ لرَسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، فقالَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: مُرْها فلْتَغتَسِلْ، ثمَّ لتُهِلَّ

Diriwayatkan dari Asma binti Umais. Asma telah melahirkan putranya Muhammad bin Abu Bakar di suatu tempat yang bernama Baida’.

Lalu Abu Bakar menyampaikan hal tersebut kepada Rasulullah. Beliau pun menanggapi : “Suruh ia mandi kemudian mulailah bertalbiah.” [HR. Ahmad 27084].

Kelahiran Muhammad bin Abu Bakar terjadi ketika Asma menunaikan haji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sehingga saat itu, Asma pun mengalami nifas. Suaminya, Abu Bakar, meminta solusi hukum langsung dari wahyu.

Ketiga :

Asma binti Umais berkata : “Rasulullah telah berkata kepadaku :

ألا أعلِّمُكِ كلِماتٍ تَقولينَهُنَّ عندَ الكَربِ أو في الكَربِ ؟ اللَّهُ اللَّهُ ربِّي لا أشرِكُ بِهِ شيئًا

“Maukah engkau kuajarkan salah satu kalimat yang harus kau ucapkan saat musibah menimpa”? Allah.. Allah Rabbi. Laa Usyriku bihi syai-a (Allah. Allah Rabbku. Aku tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun).” (Shahih Abu Dawud 1525).

Wafatnya

Asma binti Umais wafat pada tahun 38 H. Tetapi ada juga yang berpendapat setelah tahun 60 H.


Posting Komentar

0 Komentar