Hamba Beriman dan Gemar Baca Al-Quran Seperti Buah Utrujah

Daftar Isi [Tampil]

 Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Hamdan wa syukron lillaah... Sobat sekalian, jumpa lagi di situs website kami absolvieren.com.

Artikel kali ini kita akan membahas salah satu keutamaan dari hamba yang beriman dan gemar membaca Al-Quran, selamat menuntut ilmu.

Terdapat di dalam kitab Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail (Kitab Keutamaan)

بَابُ فَضْلِ قِرَاءَةِ القُرْآنِ

Pada bab 180. Yakni : Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Hadits ke-995

Buah Utrujah

وَعَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ،وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الرَّيحَانَةِ : رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan orang yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah utrujah, bau dan rasanya enak. Permisalan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, tidak beraroma, tetapi rasanya manis. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur’an bagaikan raihanah, baunya menyenangkan, tetapi rasanya pahit. Permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan hanzhalah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5059 dan Muslim, no. 797]

 

Hamba Beriman dan Gemar Baca Al-Quran Seperti Buah Utrujah

Faedah dari hadits di atas :

1. Keimanan itu disifati dengan sebuah rasa, adapun membaca Al-Qur’an disifati dengan aroma (bau).

Hal ini karena iman lebih kokoh dalam diri seorang hamba mukmin dari pada Al-Qur’an.

Bisa saja seorang hamba mendapatkan iman tanpa harus membaca Al-Qur’an. Begitu pula sebuah rasa (tho’mun) lebih diinginkan dari pada bau.

Bau dari sesuatu bisa saja hilang, tetapi rasanya akan tetap ada.

2. “Utrujah” dijadikan sebuah permisalan, padahal masih banyak beragam buah-buahan lainnya yang memiliki bau harum dan rasa yang lezat seperti apel, jeruk, dan strawberi.

Tapi ternyata, kulit buah utrujah bisa dimanfaatkan untuk obat. Buah Utrujah memiliki karakteristik khusus. Di dalamnya bisa menghasilkan minyak yang kaya akan manfaat.

3. Orang beriman diumpamakan seperti buah utrujah dan kurma, sifat dan rasa keduanya adalah enak.

4. Raihanah yakni sayur mayur, dedaunan, atau bunga yang harum, seperti bunga mawar, kemangi, dan bunga melati.

5. Hadits ini menunjukkan keutamaan hamba haamilul qur’an (pembawa Al-Qur’an, shahibul quran) dan mengamalkannya.

Hamba yang menjadi haamilul qur’an memiliki derajat tinggi, ia akan mendapatkan pujian yang sangat baik di sisi Allah dan manusia.

6. Hamba mukmin yang tidak gemar membaca Al-Qur’an itu masih dipandang baik di hadapan Allah dan manusia, dikarenakan iman yang ia miliki.

7. Boleh saja menggunakan permisalan untuk memberikan pemahaman yang mudah dimengerti.

8. Tilawah Al-Qur’an lebih baik disandingkan dengan mengamalkannya.

9. Hamba munafik dan fasik meski ia gemar membaca Al-Qur’an, tetapi ia tidak akan mendapatkan manfaatnya. Itu karena keduanya ialah hamba yang jauh dari amal shaleh.

10. Hamba munafik yang membaca Al-Qur’an itu memang tampak baik secara lahiriyah, akan tetapi di dalamnya buruk.

Terlebih hamba munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, ia buruk secara lahir dan batin.

 

Catatan :

Ibnul Qayyim rahimahullah telah menjelaskan hadits ini :

Yakni manusia ada empat macam :

Pertama, ahli iman dan ahli Qur’an,  ini lah sebaik-baik manusia.

Kedua, ahli iman, tapi tidak membaca Al-Qur’an.

Dua golongan di atas masih termasuk golongan as-su’adaa’ (berbahagia)

Ketiga, ia yang diberi Al-Qur’an, tapi tidak diberi iman, itulah orang munafik.

Keempat, ia yang tidak diberi Al-Qur’an maupun iman.

Al-Qur’an dan iman ialah cahaya yang Allah jadikan di dalam hati siapa saja yang Allah kehendaki.

Al-Qur’an dan iman adalah sumber kebaikan di dunia dan akhirat. Ilmu tentang Al-Qur’an dan iman adalah ilmu paling mulia dan utama.

Bahkan tidak ada ilmu yang bermanfaat selain ilmu tentang Al-Qur’an dan iman. (Miftah Daar As-Sa’adah, 1:233)


Referensi:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:206.

Miftah Daar As-Sa’aadah wa Mansyur Walaayah Ahli Al-‘Ilmi wa Al-Idarah. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Takhrij: Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabiy Al-Atsariy. Penerbit Dar Ibnul Qayyim dan Dar Ibnu ‘Affan.

Nuzhah Al-Muttaqin Syarh Riyadh Ash-Shalihin min Kalaam Sayyid Al-Mursalim. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh Dr. Musthafa Al-Bugha, dkk. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. hlm. 395.


Posting Komentar

0 Komentar